Bolehkah menyusui ketika hamil? Jawabannya, boleh, asalkan … Bunda telah mengetahui informasi-informasi penting terkait kehamilan dan menyusui, sehingga tidak ada kecemasan yang timbul tanpa alasan. Wah, apa saja yang perlu Bunda pahami? Simak, yuk!
Sering kali terjadi … belum usai masa menyusui, kabar gembira datang kembali. Bunda hamil lagi, dalam kondisi mengasuh anak yang masih memerlukan ASI. Sebagai ibu, kecemasan dan berbagai pertanyaan pun menghantui.
Apakah boleh menyusui ketika hamil? Apakah ada efek samping terhadap ASI, janin dalam kandungan, atau diri Bunda sendiri? Bagaimana cara yang aman agar tetap bisa memberikan ASI selama hamil?
Nah, yang pertama dan utama, tenang dulu, ya, Bunda. Tidak ada yang perlu Bunda khawatirkan. Kehamilan ketika menyusui juga kerap terjadi pada ibu lainnya. Dan, seluruh proses akan berlangsung aman dan bahagia, apabila Bunda telah mengetahui dan mengantisipasi beberapa poin. Apa saja?
Berikut ini 5 poin yang perlu Bunda cermati ketika menyusui di masa kehamilan:
1. Perubahan fisik pada Bunda
Fluktuasi hormon, bisa jadi menimbulkan serangkaian reaksi yang berbeda pada tubuh Bunda. Ada yang wajar, namun ada pula yang perlu Bunda waspadai. Dan, umumnya, perubahan fisik yang dapat terjadi, antara lain:
- Kontraksi ringan pada rahim, karena rangsangan hormon oksitosin yang muncul ketika menyusui.
- Puting dan area payudara akan terasa nyeri, sehingga Bunda perlu menyiasatinya dengan mengoleskan pelembab atau kompres menggunakan air hangat.
- Tubuh Bunda cenderung cepat lelah, sehingga apabila ada rasa mual akan lebih terasa. Karena itu, ada baiknya Bunda memenuhi nutrisi harian dengan baik dan menyusui dalam posisi tiduran menghadap ke samping atau duduk.
2. Pengaruh pada ASI
Secara tidak langsung, terdapat dua aspek pada ASI yang dipengaruhi oleh kondisi kehamilan, yaitu penurunan volume dan perubahan kandungan ASI.
Penurunan volume ASI terjadi karena adanya peningkatan kadar hormon estrogen yang dapat menurunkan produksi ASI. Selain itu, nyeri pada payudara dan perubahan rasa ASI juga berkontribusi pada penurunan frekuensi dan intensitas menyusui yang berbanding lurus dengan volume ASI yang diproduksi.
Dalam hal ini, perubahan rasa ASI berkaitan dengan perubahan kandungan ASI yang umumnya terjadi pada usia kehamilan lima bulan. Mendekati trimester ketiga, lambat laun ASI berubah menjadi kolostrum sebagai persiapan kelahiran bayi, sehingga terjadi perubahan rasa dari manis menjadi cenderung asin.
3. Perhatian khusus kepada Si Kecil
Perubahan rasa ASI dan gelagat Bunda, dapat menjadi faktor yang membuat anak mengurangi intensitas menyusu sedikit demi sedikit. Karena itulah, Bunda perlu mencermati kondisi Si Kecil.
Untuk anak yang telah berusia lebih dari 1 tahun, pastikan berat badannya selalu dalam ambang normal, dengan pola makan yang baik. Bunda juga perlu mengenali kondisi psikologis anak melalui perilaku dan segala perubahan sikap yang terlihat.
Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Pegal saat Hamil, Ampuh dan Tanpa Ribet!
Namun, jika usia anak masih kurang dari 6 bulan dan terjadi penurunan volume ASI yang cukup signifikan, segera kosultasikan dengan dokter tentang asupan tambahan yang diperlukan. Sementara pada anak berusia 6—12 bulan, Bunda hanya perlu mengoptimalkan pemberian MPASI yang mengandung kalsium dan zat besi yang tinggi sebagai pelengkap nutrisi harian.
4. Pemenuhan nutrisi Bunda
Demi kedua anak tercinta, Bunda perlu tambahan energi untuk menghindari rasa lelah dan tetap bugar dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Maka, konsumsi menu harian dengan gizi seimbang, yang memenuhi nutrisi penting bagi ibu hamil dan menyusui, seperti vitamin D, zat besi, kalsium, dan asam folat.
Selain itu, konsumsi sejumlah kalori tambahan, penuhi asupan cairan, dan istirahat yang berkualitas. Bunda juga dapat berkonsultasi pada ahli gizi atau dokter, untuk mendapatkan rekomendasi yang tepat, apabila tengah menjalani pola makan tertentu, seperti vegan atau vegetarian.
5. Kondisi yang perlu diwaspadai
Ada kalanya, Bunda telah berusaha dengan maksimal, namun terjadi suatu kondisi yang sulit dihindari. Maka, Bunda harus tetap tenang. Segera kunjungi dokter untuk mendapatkan diagnosis dan saran yang tepat mengenai keberlanjutan menyusui saat hamil, jika Bunda mengalami kondisi khusus yang perlu kewaspadaan tinggi, seperti:
- Mengandung anak kembar.
- Nyeri dan/atau pendarahan pada vagina atau saluran kencing.
- Kehamilan berisiko tinggi, dan/atau pernah mengalami keguguran atau kelahiran prematur.
- Berat badan Bunda tidak sebanding dengan usia kehamilan.
- Kerap merasakan kontraksi atau nyeri pada rahim.
- Mendapat saran dari dokter untuk tidak berhubungan seksual selama masa kehamilan.
Selain poin-poin yang telah tersebut di atas, Bunda juga harus selalu ingat bahwa Bunda tidak sendiri. Jangan sungkan atau enggan meminta pertolongan kepada orang terdekat jika Bunda merasa kesulitan. Dan, komunikasikan segala keluhan, agar orang-orang di sekitar Bunda dapat lebih peka untuk membantu Bunda dalam menjalani segala tantangan kala menyusui di masa kehamilan.
Selamat menanti kelahiran buah hati selanjutnya!