Isu tentang stunting (kekerdilan) pada anak tengah menjadi perbincangan hangat. Bukan hanya soal tinggi badan di bawah rata-rata, ada pula kecemasan terkait perkembangan otak yang tidak optimal, hingga risiko penyakit kronis. Yuk, kenali tanda-tanda dan penyebabnya, agar Ayah dan Bunda lebih waspada. Karena mencegah hal yang menjadi penyebab stunting itu penting!
Stunting atau kekerdilan, mencerminkan masalah gizi kronis yang menjadikan balita lebih pendek dari rata-rata anak seusianya. Meski lebih pendek, anak yang mengalami stunting memiliki proporsi tubuh yang normal. Namun, lebih dari persoalan penampilan, stunting juga memengaruhi tingkat intelektual dan menjadikan anak lebih rentan terhadap gangguan kesehatan.
Berikut ini risiko-risiko yang dapat terjadi apabila seseorang yang mengalami stunting di usia balita:
- Perkembangan otak yang kurang optimal, sehingga dapat berpotensi bahaya dalam jangka panjang. Anak dapat mengalami gangguan belajar dan kondisi mental yang kurang baik, lalu berimplikasi pada prestasi buruk di sekolah dan/atau sulit mendapatkan pekerjaan di usia dewasa.
- Sistem dalam tubuh tidak berjalan normal, sehingga meningkatkan risiko penyakit kronis yang berkaitan dengan gizi seperti obesitas, diabetes, dan hipertensi.
- Peningkatan risiko kematian dini akibat penyakit.
- Komplikasi persalinan pada ibu yang mengalami stunting, karena memiliki panggul yang lebih kecil, sehingga berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan rendah.
- Terjadi siklus kekurangan gizi antargenerasi, ketika stunting juga dialami oleh generasi berikutnya.
Mengingat dampak yang signifikan dalam jangka panjang, perihal stunting begitu gencar terselenggaranya program kesehatan nasional. Pada tahun 2017, prevalensi balita yang mengalami stunting di Indonesia masih cukup tinggi, mencapai 29,6%. Angka ini melebihi batas yang ditetapkan WHO, yaitu sebesar 20%. Maka, penurunan angka stunting menjadi perkara darurat demi perbaikan kualitas sumber daya manusia di masa depan.
Untuk turut berkontribusi dalam pencegahan stunting, Ayah dan Bunda wajib mewaspadai 5 penyebab umum kondisi stunting, berikut ini:
-
Masalah gizi ibu
Seluruh perempuan, ibu hamil, dan/atau ibu menyusui yang mengalami anemia, diabetes, hipertensi, atau segala bentuk masalah gizi, berisiko lebih besar memiliki anak stunting. Kondisi ini bahkan dapat terjadi turun-menurun atau antargenerasi. Terutama, jika masalah gizi terjadi akibat kekurangan akses terhadap sumber pangan yang kaya nutrisi.
-
Gizi buruk pada anak
Stunting dapat terjadi ketika asupan gizi untuk bayi kurang memadai atau tidak sesuai dengan tahapan perkembangannya. Misalnya, MPASI yang kurang sehat dan kurang jumlah, atau bayi telah mengonsumsi makanan, teh, atau air putih sebelum berusia enam bulan. Dalam jangka panjang, praktik semacam ini dapat berdampak pada kelainan fungsi organ-organ tubuh dan gangguan sistem metabolisme, sehingga menyebabkan masalah penyerapan nutrisi dan hambatan pertumbuhan.
-
Sanitasi lingkungan yang buruk
Kontaminasi bakteri pada peralatan dapur dan lingkungan rumah, meningkatkan risiko terjadinya diare dan infeksi cacing usus (cacingan). Penyakit semacam ini dapat mengakibatkan penurunan nafsu makan, gangguan penyerapan nutrisi, hingga kehilangan nutrisi, yang pada akhirnya dapat menghambat proses pertumbuhan.
-
Sindrom alkohol janin
Konsumsi minuman keras atau minuman beralkohol bagi perempuan, terutama ibu hamil, sangat berbahaya karena dapat berdampak pada kelahiran anak dengan sindrom alkohol janin (Fetus Alcohol Syndrome/FAS). Lebih dari stunting, gejala FAS mencakup bentuk wajah yang kurang normal, hambatan pertumbuhan, hingga gangguan mental.
-
Faktor kondisi
Terdapat beberapa faktor kondisi, yang secara langsung atau tidak langsung memengaruhi asupan gizi dan penyerapan nutrisi ibu dan anak, antara lain: kehamilan usia dini (remaja); infeksi pada ibu; gangguan mental pada ibu; penyakit kronis pada ibu; jarak kelahiran terlalu dekat; dan minimnya akses terhadap pelayanan kesehatan, makanan bergizi, sanitasi yang baik, serta air bersih.
Nah, berdasarkan daftar penyebab stunting di atas, Ayah dan Bunda dapat melakukan berbagai langkah pencegahan, antara lain:
- Mendukung inisiasi menyusui dini (IMD).
- Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, atau susu formula apabila kondisi sangat darurat dan tidak memungkinkan untuk pemberian ASI.
- Pemberian MPASI (makanan pendamping ASI) yang Bunda sesuaikan dengan tahap perkembangan bayi.
- Memaksimalkan asupan nutrisi ibu dan anak, terutama dalam 1000 hari pertama kehidupan (HPK), sejak masa kehamilan hingga anak berusia 24 bulan.
- Menerapkan pola hidup sehat, pola hidup bersih, dan menjaga sanitasi lingkungan.
- Menghindari konsumsi minuman keras dan rokok, terutama pada perempuan.
- Memastikan kesiapan mental, kecakapan, dan kecukupan ilmu pada calon orang tua, terutama calon ibu.
- Peningkatan kesigapan dan kesadaran calon ayah terhadap pemenuhan nutrisi ibu dan anak.
Tidak sulit, bukan? Yuk, terapkan pola hidup yang baik agar anak menjadi kuat, produktif, cerdas, dan berdaya. Ingat, mencegah stunting itu penting, untuk mewujudkan generasi bintang yang tahan banting!