Setiap anak terlahir dengan keunikan dan keistimewaan masing”. Maka, berhenti membanding bandingkan seorang anak dengan anak lainnya, karena dapat berdampak buruk terhadap masa depan mereka. Tidak percaya? Baca selengkapnya 10 efek negatif membandingkan anak!
Pernahkah Ayah dan Bunda mendengar ada orang tua yang membanding-bandingkan anak, dari aspek kemampuan belajar, karakter, hingga fisik? Atau, Ayah dan Bunda juga pernah melakukannya? Wah, mulai sekarang hindari, ya.
Sekalipun ingin memotivasi anak untuk mencapai suatu target, terdapat emosi negatif yang turut terlibat. Ketika melakukan perbandingan, sadar atau tidak, Ayah dan Bunda tengah fokus pada kekurangan-kekurangan dan mengkerdilkan potensi yang mereka miliki.
Misalnya, “Kakak saja bisa jadi juara olimpiade matematika. Masa’ kamu tidak bisa?” atau “Tuh, lihat. Teman kamu jago main piano. Kamu harusnya juga bisa, dong!” dan ada pula, “Wah, Adik berkulit putih, kok Kakak tidak?”
Hmm, kalimat perbandingan semacam ini, jika terus berlanjut akan berdampak buruk terhadap masa depan mereka. Terlebih, jika terdapat unsur meremehkan dan menafikkan kemampuan mereka pada aspek lainnya.
Hati-hati, Ayah dan Bunda. Karena, inilah 10 efek negatif membandingkan anak dengan saudara, teman, maupun orang lain:
Kurang percaya diri
Ketika usaha keras tidak kita hargai, bahkan selalu membandingkan dengan hasil kerja orang lain, anak-anak menjadi khawatir dan cemas ketika hendak melakukan sesuatu. Rasa percaya diri mereka terkikis, sehingga menjadi takut untuk melangkah, dan mulai berpikir bahwa kemampuan mereka tidak akan pernah cukup untuk mencapai hasil yang baik.
Stres
Ketika dibanding-bandingkan, anak akan mereasa terbebani dan tertekan. Terlebih, jika orang tua tidak memberi perhatian atau dukungan. Anak akan terus merasa gelisah, marah, bahkan sulit berpikir jernih, sehingga performa mereka semakin menurun.
Menarik diri dari pergaulan
Perbandingan dapat membuat anak merasa terintimidasi atau dihakimi. Perasaan negatif tersebut dapat menciptakan trauma pada lingkungan sosial. Akibatnya, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang cenderung pemalu, menarik diri, takut menjalin hubungan, dan canggung, karena mengkhawatirkan ekspektasi dan pandangan orang lain terhadap dirinya.
Apatis
Apabila karya dan hasil yang mereka berikan tidak pernah dihargai dan terus diremehkan, anak-anak dapat berpikir bahwa segala upaya yang mereka keluarkan hanya sia-sia. Lambat laun, mereka akan cuek dan malas-malasan meraih prestasi karena tidak pernah merasa memiliki pencapaian dan anak menjadi apatis.
Bakat tidak berkembang
Ada kalanya, anak-anak didorong atau dituntut untuk mencapai sesuatu pada bidang yang tidak mereka minati. Akibatnya, potensi dan bakat mereka yang sesungguhnya hanya dapat terpendam dan tidak berkembang. Karena itu, mengenali minat dan bakat seorang anak melalui kebebasan bereksplorasi, serta tidak memaksakan kehendak, sangat penting bagi masa depan mereka.
Menjauhi orang tua
Jika anak tumbuh bersama orang tua yang terus membandingkan mereka dengan anak lain, akan timbul perasaan negatif yang mengganggu keharmonisan keluarga. Bisa jadi, anak akan menghindar dan menjauh dari orang tua, karena tidak merasa nyaman dan kehilangan kepercayaan. Mereka akan cenderung mendekat pada orang-orang yang dapat memberi mereka motivasi dan apresiasi.
Baca Juga: 7 Alasan Ayah dan Bunda Wajib Memeluk Anak Setiap Hari
Persaingan tidak sehat
Ada kalanya, tekanan akibat membandingkan bertransformasi menjadi kebencian dalam diri anak. Perasaan tersebut akan membentuk persaingan yang kurang sehat, seperti kecurangan, tindakan menjatuhkan, ejekan, bahkan perkelahian.
Rendah diri
Anak yang tidak pernah menerima apresiasi, akan cenderung rendah diri dan tidak berani bermimpi besar. Mereka merasa tidak mampu dan sulit melampaui pencapaian orang lain. Pikiran mereka memiliki batasan yang mereka ciptakan sendiri, sehingga dapat menghambat prestasi.
Tidak merdeka
Tuntutan dan tekanan ketika membanding-bandingkan anak, akan memenjarakan jiwa mereka. Anak-anak dapat kehilangan kreativitas dan kebebasan dalam berkarya. Timbul rasa khawatir, cemas, dan takut terhadap persepsi, komentar, dan ekspektasi dari orang lain.
Mengulang perbandingan
Ucapan membanding-bandingkan dapat merasuki pikiran anak, dan bisa jadi muncul dalam suatu momen di kehidupan mereka. Apabila tidak mampu berdamai dengan masa lalu, mereka akan cenderung melakukan tindakan membanding-bandingkan pula ketika mendidik generasi selanjutnya.
Nah, ternyata ada 10 efek negatif membandingkan anak yang cukup serius, bukan? Maka, mulailah menahan diri untuk melakukan perbandingan dan hati-hati dalam memilih ucapan. Tetap mawas diri dan teruslah berproses menjadi orang tua yang lebih baik dari hari ke hari. Semangat, Ayah dan Bunda!