Tidak ada orang tua yang sempurna. Yang ada, mereka yang mau berusaha menjadi orang tua terbaik bagi anak-anaknya. Mereka yang terus berupaya menggali ilmu parenting, demi masa depan keluarga, bangsa, dan peradaban dunia.

Ketahanan keluarga menjadi tiang-tiang yang menopang kekokohan suatu bangsa. Setelah memutuskan berumah tangga dan memiliki anak, maka mendidik mereka untuk menjadi sebaik-baiknya manusia, merupakan PR utama bagi Ayah dan Bunda. Menariknya, ilmu parenting atau ilmu menjadi orang tua, tidak bisa mengandalkan insting semata.

Zaman berkembang dan tren terus berubah. Ilmu parenting bukan ilmu yang bisa tuntas dalam semalam, melainkan seumur hidup, berkelanjutan. Ilmu parenting pun bukan hanya teori dan retorika, melainkan ilmu terapan yang tidak berguna tanpa implementasi nyata.

Nah, bagi para “orang tua baru” yang tengah berbahagia menyambut kelahiran bayi-bayi lucu, bersiaplah. Setiap anak terlahir unik dan istimewa. Ada begitu banyak kejutan yang menanti di hadapan kalian. Ayah dan Bunda perlu mencari tahu, cara menjadi orang tua terbaik untuk anak-anak yang telah diamanahkan oleh Tuhan. So, here we are, 8 poin penting untuk memahami ilmu parenting:

Introspeksi diri

Menyadari dan mengakui kekurangan diri, menjadi pondasi awal untuk menjadi orang tua yang lebih baik. Ingat kembali karakter negatif dan kata-kata menyakitkan dari Ayah dan Bunda yang pernah terlontar ketika marah, lalu pikirkan cara untuk memperbaikinya. Kuatkan tekad, kendalikan diri, dan teruslah berbenah, karena … your child will follow your example, not your advice.

Belajar dari pengalaman

Pola asuh yang pernah Ayah dan Bunda alami semasa kecil akan berpengaruh pada insting ketika mengasuh anak. Namun, jangan biarkan kenangan masa lalu mengambil alih kontrol diri Ayah dan Bunda. Gali lebih dalam mengenai inner child, dan kelola pengalaman (baik negatif maupun positif) sebagai pelajaran berharga untuk menjadi orang tua yang lebih bijaksana.

Tidak berhenti mencari informasi

Sarana pembelajaran kini melimpah ruah. Orang tua terbaik, bukan sekadar mengajar, melainkan juga terus belajar. Ikuti kegiatan komunitas, workshop, seminar, atau webinar, serta kenali para ahli parenting yang kredibel dan situs-situs ilmiah terkait dunia parenting. Kumpulkan informasi dari segala sumber, bandingkan, lalu terapkan sesuai kondisi dan karakter keluarga Ayah dan Bunda.

Percaya diri

Jangan pernah menyalahkan diri sendiri atau orang lain pada suatu hal yang tidak sesuai rencana, misalnya ketika anak sakit, terjatuh, rewel, atau tantrum. Hadapi dengan kekuatan hati, dan sadari bahwa anak merupakan amanah yang unik dan spesifik dari Sang Pencipta. Ayah dan Bunda merupakan dua orang terbaik untuk mereka, maka kalian yang paling mampu mengurus dan mendidiknya. Be confident!

Mencintai keluarga

Rasa cinta kepada keluarga bukan tentang memajang foto anak di media sosial, melainkan pembuktian jiwa dan raga. Sediakan waktu berkualitas untuk berkumpul bersama, jalin komunikasi yang baik, dan ketahui kebutuhan mereka. Karena, keluarga harmonis menjadi habitat yang kondusif untuk menerapkan ilmu parenting secara optimal.

  1. Berhenti membanding-bandingkan

Ayah dan Bunda memiliki anak yang luar biasa. Unik, spesial, dan istimewa. Sehingga, penerapan ilmu parenting di keluarga lain, bisa jadi menghasilkan kondisi yang berbeda pada keluarga kalian. Maka, tidak perlu ada perbandingan yang menggiring pada ekspektasi yang mengecewakan atau perasaan yang menyakitkan. Nikmati saja dinamika keluarga Ayah dan Bunda dan rasakan keseruannya!

  1. Memiliki buku panduan

Meski internet menyediakan limpahan informasi, namun Ayah dan Bunda juga butuh panduan parenting yang dapat menjadi rujukan tanpa perlu membuka gawai. Dalam perpustakaan keluarga, sediakan buku-buku parenting praktis dan filosofis, seputar psikologis anak, metode pengasuhan, perkembangan fisik dan mental, pendidikan agama, dan berbagai topik lain yang dapat menjadi diskusi hangat Ayah dan Bunda.

  1. Berpikiran terbuka

Ada kalanya, orang lain mengomentari atau memberi saran terkait pola asuh anak yang Ayah dan Bunda terapkan. Meski terkadang menyebalkan dan kurang tepat, berpikirlah terbuka dan kelola dengan positif. Terima segala ucapan mereka sebagai bahan instrospeksi dan pendapat yang memperkaya perspektif Ayah dan Bunda dalam menjalankan tugas parenting.

Happy parents, happy children!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *